Hai Bloggers! Post kali ini Saya akan memberitahu informasi mengenai penyakit "Diabetes Mellitus". Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit gula, yang merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar nomor 3 setelah penyakit stroke (21,1%), dengan presentase pada penyakit diabetes mellitus ini sebesar 6,7%. Kebanyakkan 1 dari 2 orang atau setengahnya dengan diabetes, tidak tahu bahwa dia penyandang diabetes. Untuk itu, kalian perlu memahami dan mengetahui informasi mengenai penyakit Diabetes Mellitus (DM).
What's the meaning of the sugar disease or Diabetes Mellitus?
What's the cause of diabetes mellitus?
What's the meaning of the sugar disease or Diabetes Mellitus?
PENGERTIAN DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus (DM) adalah secara genetics dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hialngnya toleransi karbohidrat. (Sylvia A. Prince & Lorraine 2006)
Diabetes Mellitus (DM) adalah secara genetics dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hialngnya toleransi karbohidrat. (Sylvia A. Prince & Lorraine 2006)
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi
apabila pankreas
tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau
tubuh yang tidak
efektif menggunakan hormon insulin yang sudah dihasilkan. Ketidakmampuan tersebut
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar glukosa
dalam darah atau yang dikenal
dengan "hiperglikemia". (WHO 2015)
Diabetes Mellitus (DM) yaitu Suatu sindrom dengan terganggunya
metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. (Guyton
and Hall 2008)
What's the cause of diabetes mellitus?
ETIOLOGI DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta
pulau Langerhans jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi herediter
terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel-sel beta atau
degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenerasi
sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan
oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan
dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin
dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolism pada orang kegemukan dibandingkan
orang normal.
Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta
pulau Langerhans jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi herediter
terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel-sel beta atau
degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenerasi
sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan
oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan
dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin
dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolism pada orang kegemukan dibandingkan
orang normal.
FAKTOR RESIKO DIABETES MELLITUS
1. Usia
Resiko bertambah sejalan dengan usia
insidens DM tipe 2 bertambah sejalan dengan pertambahan usia (jumlah sel beta
yang produktif berkurang seiring pertambahan usia) upayakan memeriksa gula
darah puasa jika usia telah diatas 45 tahun atau segera jika ada factor resiko
lain.
2. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta
pancreas mengalami hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertrofi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolism
glukosa pada pederita obesitas untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak.
3. Riwayat keluarga
Diabetes yang menurun menurut silsilah
keluarga yang mengidap diabetes ini terjadi karena DNA pada orang diabetes
mellitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan
produksi insulin.
4. Tekanan darah
4. Tekanan darah
Lebih dari 140 /90 mmhg/ (riwayat
darah tinggi)
Kolestrol HDL <40 mg/dl (laki-laki) dan <50
mg/dl (wanita)
Trigliserida > 250 mg/dl
5. DM kehamilan (gestasional)
Riwayat DM kehamilan atau pernah
melahirkan anak dengan BB >4kg. Kehamilan, trauma fisik, dan stress
psikologis menurunkan sekresi serta kepekaan insulin.
6. Gaya hidup stres
Stress kronis cenderung membuat
seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula.
Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy
yang berakibat pada kenaikan kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas
mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
7. Pola makan yang salah
Kurang gizi kelebihan berat badan
sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak
pancreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi
insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan
berperanan pada ketidakstabilan kerja pancreas.
8. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam
pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada
penurunan fungsi pancreas.
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
1.
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan
sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen)
spesifik, predisposisi pada insulitis fenomena autoimun(cenderung ketosis dan
terjadi paa semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem
imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di
pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.
2.Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Yaitu
diabetes resisten, lebih sering pada dewasa tapi dapat terjadi pada semua
umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan
familiar yang mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.
3.Diabetes Mellitus tipe lain
Yaitu
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi
karena penyakit lain seperti penyakit pankreas, hormonal, obat atau bahan
kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, dan sindroma genetik tertentu.
4.Impaired Glukosa Tolerance (gangguan
toleransi glukosa)
Penyakit
pankreas seperti pankreatitis akan berdampak pada kerusakan anatomis dan fungsional
organ pankreas akibat aktifitas toksik baik karena bakteri maupun
kimia. Kerusakan insulin ini berdampak pada penurunan insulin.
5. Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM)
Intoleransi
glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui, menjelang aterm, dan kebutuhan
insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila
seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga terjadi relatif
hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resistensi insulin juga disebabkan
oleh adanya hormon estrogen, progresteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon
tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktifitas
insulin.
KOMPLIKASI
DIABETES MELLITUS
1. Komplikasi
yang bersifat akut
A. Koma hipoglikemia
Terjadi
karena pemakaian obat-obatan diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan
sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
B . Ketoasidosis
Minimnya
glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alternatif untuk dapat
memperoleh energi sel, kalau tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel, kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
Koma
hiperosmolar non ketotik
Koma
ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak diekresi lewat urin.
2. Komplikasi yang bersifat kronik
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah
besar seperti
pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada
pembuluh darah besar dapat mengalami aterosklerosis yang terjadi pada pasien
NIDDM. Makroangiopati adalah penyakit
vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler perifer. Mikroangiopati
yang mengenai pembuluh darah kecil seperti
retinopati diabetika, dan nefropati diabetic. Perubahan - perubahan mikrovaskuler yang ditandai
dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah
sekitar terjadi pada pasien IDDM yang terjadi neuropati,nefropati dan retinopati. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal. Retinopati adanya perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina, perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam penglihatan.
Retinopati dibagi menjadi 2 Tipe:
a.
Retinopati Back Ground
Dimulai dari mokroneuronisma dodalam pembuluh
retina menyebabkan pembentukan eksudat keras
b.
Retinopati Poliferatif
Merupakan perkembangan lanjut dari retinopati
back ground,terdapat pembentukan pembuluh darah menciut dan menyebabkan tarikan
pada retina dan perdarahan didalam rongga vitreum,juga dapat mengalami katarak
yang disebabkan oleh hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabakan pembengkakan
lensa an kerusakan lensa.
3. Neuropati
diabetika
Akumulasi
orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi
nyeri.
4. Retan
infeksi
Retan
infeksi seperti tuberculosis paru,gingivitis,dan infeksi saluran kemih.
5. Kaki
diabetik
Perubahan
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan perubahan pada
ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan
sensasi dan hilangnya fungsi saraf
sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan gangren.
MANIFESTASI
KLINIS DIABETES MELLITUS
Diabetes
seringkali muncul tanpa gejala. Namun ada beberapa gejala yang harus diwaspadai
sebagai isyarat diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan pasien diabetes
yaitu :
- Poliuria (sering buang air kecil)
- Polidipsia (sering haus)
- Polifalgia ( banyak makan/mudah lapar) selain itu
- Pengelihatan kabur
- Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu
- Kesemutan pada tangan dan kaki timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (Pruitus)
- Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
Menurut
tipe DM, tanda gejalanya berupa :
DM
tipe 1 :
Gejala umum yang biasa dikeluhkan Poliuria, Polidipsia, Polifagia, penurunan berat
badan, cepat merasa lelah (fatique), gatal-gatal pada kulit.
Gejala umum yang biasa dikeluhkan Poliuria, Polidipsia, Polifagia, penurunan berat
badan, cepat merasa lelah (fatique), gatal-gatal pada kulit.
DM
tipe 2 :
Biasanya hampir tidak ada. DM tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
penanganan baru dimulai beberapa tahun ketika penyakit sudah berkembang
dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah terkena
infeksi, sukar sembuh dari luka, daya pengelihatan makin buruk, dan umunya
menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf.
Biasanya hampir tidak ada. DM tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
penanganan baru dimulai beberapa tahun ketika penyakit sudah berkembang
dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah terkena
infeksi, sukar sembuh dari luka, daya pengelihatan makin buruk, dan umunya
menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG DIABETES MELLITUS
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan kadar gula darah diperlukan untuk menentukan jenis pengobatan serta modifikasi diet. Ada dua macam pemeriksaan untuk menilai ada/tidaknya masalah pada gula darah seseorang.
Pertama, pemeriksaan gula darah secara langsung setelah berpuasa sepanjang malam, uji kadar gula darah puasa merupakan baku emas (gold standard) untuk diagnosis DM. Seseorang didiagnosis DM manakala kadar gula darah puasanya, setelah dua kali pemeriksaan, tidak beranjak dari nilai diatas 140 mg/dL.
2. Pemeriksaan urine
Glukosa akan merembes ke dalam urin jika kadar gula darah telah mencapai ambangnya, pada kisaran angka 150-180 mg/dL. Pemeriksaan urin dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan dilaporkan dengan “system plus” : 1+ hingga 4+. Keton terutama harus diperiksa selama infeks, stress emosional, atau jika terjadi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi. Protein urin juga harus diperiksa, terutama jika gejala komplikasi ginjal (nefropati) mulai nampak.
3. Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c)
Glukosa akan merembes ke dalam urin jika kadar gula darah telah mencapai ambangnya, pada kisaran angka 150-180 mg/dL. Pemeriksaan urin dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan dilaporkan dengan “system plus” : 1+ hingga 4+. Keton terutama harus diperiksa selama infeks, stress emosional, atau jika terjadi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi. Protein urin juga harus diperiksa, terutama jika gejala komplikasi ginjal (nefropati) mulai nampak.
3. Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c)
Hemaglobin A1c atau HbA1c adalah
komponen minor dari hemoglobin yang berkaitan dengan glukosa. HbA1c juga
disebut sebagai glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi atau glycohemoglobin.
Hemaglobin A1c (HbA1c) digunakan untuk memantau glukosa darah pada pasien
diabetes. Pemeriksaan HBA1c adalah pemeriksaan
darah yang penting. Pemeriksaan
hemoglobin A1c akan menggambarkan rata-rata gula darah selama 2 sampai 3 bulan
terakhir. Hemaglobin A1c 6,5 % menunjukan control gula yang baik, sedangkan
hemoglobin A1C 9% menunjukan perlunya perbaikan control gula darah. Jumlah rata-rata gula dalam darah
dapat diketahui dengan mengukur tingkat HbA1c. Bagi yang memiliki diabetes mellitus
harus melakukan pemeriksaan ini setiap 3 bulan sekali untuk menentukan apakah
gula darah telah mencapai kadar target atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. & Hawks, J. (2005). Medical Surgical Nursing. (7th ed). St. Louis-Missouri: Elseiver Saunders
Prince & Wilson, (2006). PatofisiologiKonsep Klinisi Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:EGC
Black, J. & Hawks, J. (2005). Medical Surgical Nursing. (7th ed). St. Louis-Missouri: Elseiver Saunders
Prince & Wilson, (2006). PatofisiologiKonsep Klinisi Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:EGC