Rabu, 29 Maret 2017

Informasi mengenai penyakit Diabetes Mellitus

     Hai Bloggers! Post kali ini Saya akan memberitahu informasi mengenai penyakit "Diabetes Mellitus". Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit gula, yang merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar nomor 3 setelah penyakit stroke (21,1%), dengan presentase pada penyakit diabetes mellitus ini sebesar 6,7%. Kebanyakkan 1 dari 2 orang atau setengahnya dengan diabetes, tidak tahu bahwa dia penyandang diabetes.  Untuk itu, kalian perlu memahami dan mengetahui informasi mengenai penyakit Diabetes Mellitus (DM).

What's the meaning of the sugar disease or Diabetes Mellitus?



PENGERTIAN DIABETES MELLITUS

Diabetes Mellitus (DM) adalah secara genetics dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hialngnya toleransi karbohidrat. (Sylvia A. Prince & Lorraine 2006)

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas
tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang tidak
efektif menggunakan hormon insulin yang sudah dihasilkan. Ketidakmampuan tersebut
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau yang dikenal
dengan "hiperglikemia". (WHO 2015)

Diabetes Mellitus (DM) yaitu Suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau 
penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. (Guyton and Hall 2008)

What's the cause of diabetes mellitus?

ETIOLOGI DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta
pulau Langerhans jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi herediter
terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel-sel beta atau 
degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenerasi
sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan 
oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan
dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin 
dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolism pada orang kegemukan dibandingkan
orang normal.

FAKTOR RESIKO DIABETES MELLITUS

   1. Usia
     Resiko bertambah sejalan dengan usia insidens DM tipe 2 bertambah sejalan dengan pertambahan usia (jumlah sel beta yang produktif berkurang seiring pertambahan usia) upayakan memeriksa gula darah puasa jika usia telah diatas 45 tahun atau segera jika ada factor resiko lain.

   2. Obesitas
     Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertrofi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolism glukosa pada pederita obesitas untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak.

3. Riwayat keluarga
     Diabetes yang menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

4. Tekanan darah
     Lebih dari 140 /90 mmhg/ (riwayat darah tinggi)
     Kolestrol HDL <40 mg/dl (laki-laki) dan <50 mg/dl (wanita)
     Trigliserida > 250 mg/dl

5. DM kehamilan (gestasional)
     Riwayat DM kehamilan atau pernah melahirkan anak dengan BB >4kg. Kehamilan, trauma fisik, dan stress psikologis menurunkan sekresi serta kepekaan insulin.

6. Gaya hidup stres
     Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy yang berakibat pada kenaikan kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.

   7. Pola makan yang salah
     Kurang gizi kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja pancreas.

8. Infeksi
     Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas.

KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

   1. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
     Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulitis fenomena autoimun(cenderung ketosis dan terjadi paa semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di pankreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.

   2.Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
     Yaitu diabetes resisten, lebih sering pada dewasa tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar yang mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.

   3.Diabetes Mellitus tipe lain
     Yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain seperti penyakit pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, dan sindroma genetik tertentu.

   4.Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
     Penyakit pankreas seperti pankreatitis akan berdampak pada kerusakan anatomis dan fungsional organ pankreas akibat aktifitas toksik baik karena bakteri maupun kimia. Kerusakan insulin ini berdampak pada penurunan insulin.

   5. Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM)
     Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui, menjelang aterm, dan kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga terjadi relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progresteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktifitas insulin.

KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

   1. Komplikasi yang bersifat akut

     A. Koma hipoglikemia
     Terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan
     sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
     B . Ketoasidosis
     Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel, kalau tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel, kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan asidosis.
     Koma hiperosmolar non ketotik
     Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak  diekresi lewat urin.

   2. Komplikasi yang bersifat kronik
     Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar seperti pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Perubahan pada pembuluh darah besar dapat mengalami aterosklerosis yang terjadi pada pasien NIDDM. Makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan penyakit vaskuler perifer. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil seperti retinopati diabetika, dan nefropati diabetic. Perubahan - perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar terjadi pada pasien IDDM yang terjadi neuropati,nefropati dan retinopati. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal. Retinopati adanya perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam retina, perubahan ini dapat berakibat gangguan dalam penglihatan.

Retinopati dibagi menjadi 2 Tipe:
   a. Retinopati Back Ground
     Dimulai dari mokroneuronisma dodalam pembuluh retina menyebabkan pembentukan eksudat keras
   b. Retinopati Poliferatif
     Merupakan perkembangan lanjut dari retinopati back ground,terdapat pembentukan pembuluh darah menciut dan menyebabkan tarikan pada retina dan perdarahan didalam rongga vitreum,juga dapat mengalami katarak yang disebabkan oleh hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabakan pembengkakan lensa an kerusakan lensa.

   3. Neuropati diabetika
     Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

   4. Retan infeksi
     Retan infeksi seperti tuberculosis paru,gingivitis,dan infeksi saluran kemih.

   5. Kaki diabetik
     Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi  dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.

MANIFESTASI KLINIS DIABETES MELLITUS

     Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan pasien diabetes yaitu :
  •      Poliuria (sering buang air kecil)
  •      Polidipsia (sering haus)
  •      Polifalgia ( banyak makan/mudah lapar) selain itu
  •      Pengelihatan kabur
  •      Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu
  •      Kesemutan pada tangan dan kaki timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (Pruitus)
  •      Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas

    Menurut tipe DM, tanda gejalanya berupa :

   DM tipe 1
    Gejala umum yang biasa dikeluhkan Poliuria, Polidipsia, Polifagia, penurunan berat
    badan, cepat merasa lelah (fatique), gatal-gatal pada kulit.
   DM tipe 2
    Biasanya hampir tidak ada. DM tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan
    penanganan baru dimulai beberapa tahun ketika penyakit sudah berkembang
    dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah terkena
    infeksi, sukar sembuh dari luka, daya pengelihatan makin buruk, dan umunya
    menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
    darah dan syaraf.  

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIABETES MELLITUS

1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan kadar gula darah diperlukan untuk menentukan jenis pengobatan serta modifikasi diet. Ada dua macam pemeriksaan untuk menilai ada/tidaknya masalah pada gula darah seseorang.
Pertama, pemeriksaan gula darah secara langsung setelah berpuasa sepanjang malam, uji kadar gula darah puasa merupakan baku emas (gold standard) untuk diagnosis DM. Seseorang didiagnosis DM manakala kadar gula darah puasanya, setelah dua kali pemeriksaan, tidak beranjak dari nilai diatas 140 mg/dL.

   2. Pemeriksaan urine
   Glukosa akan merembes ke dalam urin jika kadar gula darah telah mencapai ambangnya, pada kisaran angka 150-180 mg/dL. Pemeriksaan urin dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan dilaporkan dengan “system plus” : 1+ hingga 4+. Keton terutama harus diperiksa selama infeks, stress emosional, atau jika terjadi peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi. Protein urin juga harus diperiksa, terutama jika gejala komplikasi ginjal (nefropati) mulai nampak.

3. Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c)
     Hemaglobin A1c atau HbA1c adalah komponen minor dari hemoglobin yang berkaitan dengan glukosa. HbA1c juga disebut sebagai glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi atau glycohemoglobin. Hemaglobin A1c (HbA1c) digunakan untuk memantau glukosa darah pada pasien diabetes. Pemeriksaan HBA1c adalah pemeriksaan darah yang penting.  Pemeriksaan hemoglobin A1c akan menggambarkan rata-rata gula darah selama 2 sampai 3 bulan terakhir. Hemaglobin A1c 6,5 % menunjukan control gula yang baik, sedangkan hemoglobin A1C 9% menunjukan perlunya perbaikan control gula darah. Jumlah rata-rata gula dalam darah dapat diketahui dengan mengukur tingkat HbA1c. Bagi yang memiliki diabetes mellitus harus melakukan pemeriksaan ini setiap 3 bulan sekali untuk menentukan apakah gula darah telah mencapai kadar target atau belum.




DAFTAR PUSTAKA
    Black, J. & Hawks, J. (2005). Medical Surgical Nursing. (7th ed). St. Louis-Missouri: Elseiver Saunders
    Prince & Wilson, (2006). PatofisiologiKonsep Klinisi Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:EGC



   







Selasa, 28 Maret 2017

Mengenal tentang penyakit HIV/AIDS



Hai teman - teman sejawat, kali ini saya akan memberitahu informasi
mengenai HIV/AIDS. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering kali ditemukan         pada masyarakat umum terutama pada remaja indonesia yang kebanyakkan melakukan   hubungan seksual yang tidak wajar. Perlu kita ketahui berbagai penyebab dan faktor     resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit HIV/AIDS . Berikut ini berbagai   informasi mengenai HIV/AIDS yang dapat kalian simak :)


















What is HIV (Human Immunodeficiency Virus)? 

HIV ( human immunodeficiency virus ) adalah penyakit lain (infeksi oportunistik) dan dapat berlangsung lama / bertahun-tahun tanpa memberi gejala. 
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang umumnya tidak berbahaya pada orang dengan tubuh normal, namun dapat berakibat fatal pada ODHA ( orang dengan hiv aids) karena sisitem kekebalan tubuhnya lemah. 

What is AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)?
AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome ) adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang dapat diakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV .

Jadi, HIV AIDS adalah kumpulan dari gejala penyakit infeksi oportunistik yang berlangsung lama yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. (sylvia dan wilson, 2005)


ETIOLOGI HIV (Human Immunodeficiency Virus)

HIV menginfeksi sistem kekebalan tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4. Virus ini memanfaatkan sel CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali. Virus yang menggandakan diri ini akan meninggalkan sel CD4 dan membunuhnya pada waktu yang sama. Makin banyak sel CD4 yang mati, sistem kekebalan tubuh akan makin rendah. Hingga akhirnya, sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung selama 10 tahun atau bahkan lebih.

FAKTOR RESIKO HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. TRANSMISI TRANSPRASENTAL (Dari Ibu ke Anak)


Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan menyusui. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrobvirus dan melahirkan dengan cara bedah Caesar, maka memiliki tingkat penularannya hanya 1%.

2. TRANSMISI PARENTAL


Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan.

3. TRANSFUSI DARAH


Transmisi melalui produk darah dapat terjadi. Bila seseorang mendapat transfuse darah yang terkontaminasi HIV, maka dapat dipastikan orang tersebut akan menderita HIV sesudah transfuse itu. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan sebelum ditransfusikan

4. PERILAKU SEKSUAL



Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan cairan vagina dan semen. Infeksi dapat ditularkan melalui membrane mukosa vagina ataupun anus yang lecet.

KLASIFIKASI HIV (Human Imunodeficiency Virus)

Stadium I : infeksi virus HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
Stadium II : termasuk menifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang.
Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

TANDA DAN GEJALA HIV (Human munodeficiency Virus)

Tahap I
     Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip flu. Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum pada tahap ini adalah :
  • Tenggorokan sakit
  • Demam
  • Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
  • Pembengkakan noda limfa
  • Penurunan berat badan
  • Diare, kelelahan serta nyeri persendian

Tahap II
    Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun. Ini adalah tahapan ketika infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahap ini, penderita akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Namun, sudah bisa menularkan infeksi pada orang lain. Lama tahap ini sekitar 10 tahun bahkan bisa lebih.

Tahan III / tahap terakhir infeksi HIV
    Jika tidak ditangan, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan mudah terderang penyakit serius. Tahap akhir ini disebut AIDS. 
Gejala yang mucul pada HIV tahap terakhir :
  • Noda limfe atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha
  • Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
  • Merasa kelelahan hampi setiap saat
  • Berkeringat pada malam hari
  • Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya
  • Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit
  • Sesak napas
  • Diare yang parah dan berkelanjutan
  • Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan atau vagina
  • Mudah memar atau berdarah tanpa sebab


KOMPLIKASI HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut ( toxoplasma ensefalitis ), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.

2. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges oleh jamur cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, mual, sakit kepala, muntah dan lelah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.

3. Pneumonia pneumocystis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur pneumocystis jirovecii.

4. Leukoensefalopati adalah penyakit yang mengahancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ini disebabkan oleh virus JC, yang menyebabkan penyakit ketika sistem kekebalan tubuh sangat lemah. Penyakit ini berkembang cepat dan menyebar, sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah didiagnosa.

5. TBC (tuberculosis) muncul sebagai penyakit paru-paru, pada stadium lanjut infeksi HIV sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya( tuberculosis ekstrapulmoner). Sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih, saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening dan sistem saraf pusat.

6. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur ( jamur kandidiasis ) atau virus ( herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).

7. Diare kronik adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti; salmonella, shigella dan escherichia coli) serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti; kriptosporidiosis, mycobacterium avium complex dan virus sitomegalo (CMV).

PENATALAKSANAAN MEDIS HIV (Human Imunodeficiency Virus)

ARV (ANTI RETROVIRAL)
Obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak dapat membunuh virus tapi memperlambat perkembangan virus HIV. 
ARV terdiri dari:
1. Nucleoside Reverse Transcriptase  Inhibitors
Menghambat perkembangan HIV didalam sel tubuh, contoh obatnya :
Lamivudin 150 mg setiap 12 jam
Abacavir 300 mg setiap 12 jam
Zidovudin 300 mg setiap 12 jam
Stavudin 40 mg setiap 12 jam
Didanosin 250 mg sehari 1x bila BB<60 kg
Emtrisitabin
Tenofovir 300 mg  sehari 1x

2. Protease Inhibitors
Menghilangkan protein protease yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri , contoh obatnya :
Darunavir 300 mg setiap 12 jam
Fosamprenavir 700 mg setiap 12jam
Indinavir 100-800 mg setiap 12 jam
Lovinavir 100-400 mg setiap 12 jam
Nelfinavir 100-250 mgg setiap 12 jam
Ritonavir 100-800 mg setiap 12 jam
Saquinavir 100-1000 mg setiap 12 jam

3. Entry Inhibitors
Menghambat protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, contoh obatnya:
Enfuvirtid/T-20
Meraviroc

4. Integrase Inhibitors
Menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk memasukkan meteri genetik ke dalam sel-sel CD4, contoh obatnya:
Dolutegravir
Elvitegravir
Raltegravir

5. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
Menghambat protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, contoh obatnya :
Delavirdin 200 mg sehari 1x
Efavirenz 600 mg sehari 1x
Entravirin 100 mg sehati 1x
Nevirapin 200 mg sehari 1x
Rilpivirin 25 mg setiap 12 jam

HIV mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita . Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama Terapi Antiretroviral/ART. Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV.
Kombinasi beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil, begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi secara terus menerus seumur hidup pasien. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.

PENATALAKSANAAN NON MEDIS HIV (Human Imunodeficiency Virus)

  • Terapi Bawang Putih
  • Meditasi/yoga
  • Perawatan Herbal
  • Kosumsi suplemen

CARA PENULARAN VIRUS HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. Transmisi kontak sosial
Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina, cairan serviks. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek serta sering terjadi lesi di anus.

2.Transmisi melalui darah
Transmisi dapat melalui hubungan seksual dan dari suntikan darah yang terinfeksi atau produk darah (Asjo,2002). Diperkirakan bahwa 90 – 100% orang yang mendapat transfusi darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika Serikat melaporkan risiko infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per 835.000 (Nasronudin,2007). Pemeriksaan antibodi HIV pada donor darah sangat mengurangi transmisi melalui transfusi darah dan produk darah (Lange,2001).

3. Transmisi secara vertikal
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI 10-20% (Nasronudin,2007). Dimana alternatif yang tersedia, ibu yangb positif HIV-1 tidak boleh menyusui  bayinya karena ia dapat menambah penularan perinatal (Parks,1996). Selama beberapa tahun terakhir , ditemukan bahwa penularan HIV perinatal dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA-virus di dalam plasma. Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran preterm, terutama yang berkaitan dengan ketuban pecah dini (Cunningham, 2004).

CARA PENCEGAHAN HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. Meningkatkan sistem pertahanan tubuh, makan cukup gizi, cukup olahraga, cukup istirahat.
Tindakan lain yg perlu disarankan yaitu:
  • Berusaha untuk selalu mengurangi stres
  • Mengurani pemakaian obat inhalan,seperti amyl,narkotika,serta alkohol
  • Memperhatikan higienis tubuh serta alat kelamin
  • Menghindari diri dari pemakaian jarum suntik bersama-sama
  • Hindari transfusi darah yang tidak jelas sumber asalnya
  • Gunakan alat-alat medis dan nonmedis yang terjamin sterilencegah eksposur (pembukaan yang berhubungan dengan ) AIDS dan penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual, dengan cara:

2  Menghindari kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Cara yang paling menjamin adalah jalani hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

3. Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi 
Dapat dicegah melalui :
  • Saat hamil : Penggunan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus  yang ada di dlm darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV
  • Saat melahirkan : Persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti megurangi risiko penularan sebanyak  80%
  • Setelah lahir : Beri informasi yang lengkap kepada ibu tentang risikodan manfaat pemberian ASI


Berikut ini cara mencegah penularan infeksi selama perawatan pasien :
1. Mencuci tangan
Cuci tangan dengan sabun, sebelum dan setelah menyentuh pasien
2. Menggunakan sarung tangan
 Kenakan sarung tangan sebelum menyentuh membran mukosa pasien yang terluka
3. Menggunakan masker
 Kenakan masker ketika terdapat kemungkinan terkenanya membran mukosa nasal atau oral dengan substansi tubuh yang basah
4. Jarum suntik dan benda tajam
  Buang jarum dan benda tajam bekas pakai kedalam wadah yang kaku dan tahan tembus. Jangan memasang kembali tutup  jarum bekas dengan tangan. Basuh dengan segera tangan serta permukaan kulit lainnya yang terkontaminasi darah. Sedapat mungkin meminimalkan kebutuhan untuk melakukan resusitasi mulut-ke-mulut. Bersihkan setip ceceran darah atau cairan tubuh lainnya dengan disinfektan. Orang yang mebersihkan harus menggunakan sarung tangan.





DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Buku Kedoteran EGC : Jakarta