Selasa, 28 Maret 2017

Mengenal tentang penyakit HIV/AIDS



Hai teman - teman sejawat, kali ini saya akan memberitahu informasi
mengenai HIV/AIDS. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering kali ditemukan         pada masyarakat umum terutama pada remaja indonesia yang kebanyakkan melakukan   hubungan seksual yang tidak wajar. Perlu kita ketahui berbagai penyebab dan faktor     resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit HIV/AIDS . Berikut ini berbagai   informasi mengenai HIV/AIDS yang dapat kalian simak :)


















What is HIV (Human Immunodeficiency Virus)? 

HIV ( human immunodeficiency virus ) adalah penyakit lain (infeksi oportunistik) dan dapat berlangsung lama / bertahun-tahun tanpa memberi gejala. 
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang umumnya tidak berbahaya pada orang dengan tubuh normal, namun dapat berakibat fatal pada ODHA ( orang dengan hiv aids) karena sisitem kekebalan tubuhnya lemah. 

What is AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)?
AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome ) adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang dapat diakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV .

Jadi, HIV AIDS adalah kumpulan dari gejala penyakit infeksi oportunistik yang berlangsung lama yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. (sylvia dan wilson, 2005)


ETIOLOGI HIV (Human Immunodeficiency Virus)

HIV menginfeksi sistem kekebalan tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4. Virus ini memanfaatkan sel CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali. Virus yang menggandakan diri ini akan meninggalkan sel CD4 dan membunuhnya pada waktu yang sama. Makin banyak sel CD4 yang mati, sistem kekebalan tubuh akan makin rendah. Hingga akhirnya, sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung selama 10 tahun atau bahkan lebih.

FAKTOR RESIKO HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. TRANSMISI TRANSPRASENTAL (Dari Ibu ke Anak)


Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan menyusui. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrobvirus dan melahirkan dengan cara bedah Caesar, maka memiliki tingkat penularannya hanya 1%.

2. TRANSMISI PARENTAL


Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan.

3. TRANSFUSI DARAH


Transmisi melalui produk darah dapat terjadi. Bila seseorang mendapat transfuse darah yang terkontaminasi HIV, maka dapat dipastikan orang tersebut akan menderita HIV sesudah transfuse itu. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan sebelum ditransfusikan

4. PERILAKU SEKSUAL



Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan cairan vagina dan semen. Infeksi dapat ditularkan melalui membrane mukosa vagina ataupun anus yang lecet.

KLASIFIKASI HIV (Human Imunodeficiency Virus)

Stadium I : infeksi virus HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
Stadium II : termasuk menifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang.
Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

TANDA DAN GEJALA HIV (Human munodeficiency Virus)

Tahap I
     Orang yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip flu. Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum pada tahap ini adalah :
  • Tenggorokan sakit
  • Demam
  • Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
  • Pembengkakan noda limfa
  • Penurunan berat badan
  • Diare, kelelahan serta nyeri persendian

Tahap II
    Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun. Ini adalah tahapan ketika infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahap ini, penderita akan merasa sehat dan tidak ada masalah. Namun, sudah bisa menularkan infeksi pada orang lain. Lama tahap ini sekitar 10 tahun bahkan bisa lebih.

Tahan III / tahap terakhir infeksi HIV
    Jika tidak ditangan, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan mudah terderang penyakit serius. Tahap akhir ini disebut AIDS. 
Gejala yang mucul pada HIV tahap terakhir :
  • Noda limfe atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha
  • Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
  • Merasa kelelahan hampi setiap saat
  • Berkeringat pada malam hari
  • Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya
  • Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit
  • Sesak napas
  • Diare yang parah dan berkelanjutan
  • Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan atau vagina
  • Mudah memar atau berdarah tanpa sebab


KOMPLIKASI HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut ( toxoplasma ensefalitis ), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.

2. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges oleh jamur cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, mual, sakit kepala, muntah dan lelah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.

3. Pneumonia pneumocystis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur pneumocystis jirovecii.

4. Leukoensefalopati adalah penyakit yang mengahancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ini disebabkan oleh virus JC, yang menyebabkan penyakit ketika sistem kekebalan tubuh sangat lemah. Penyakit ini berkembang cepat dan menyebar, sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah didiagnosa.

5. TBC (tuberculosis) muncul sebagai penyakit paru-paru, pada stadium lanjut infeksi HIV sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya( tuberculosis ekstrapulmoner). Sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih, saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening dan sistem saraf pusat.

6. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur ( jamur kandidiasis ) atau virus ( herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).

7. Diare kronik adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti; salmonella, shigella dan escherichia coli) serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti; kriptosporidiosis, mycobacterium avium complex dan virus sitomegalo (CMV).

PENATALAKSANAAN MEDIS HIV (Human Imunodeficiency Virus)

ARV (ANTI RETROVIRAL)
Obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak dapat membunuh virus tapi memperlambat perkembangan virus HIV. 
ARV terdiri dari:
1. Nucleoside Reverse Transcriptase  Inhibitors
Menghambat perkembangan HIV didalam sel tubuh, contoh obatnya :
Lamivudin 150 mg setiap 12 jam
Abacavir 300 mg setiap 12 jam
Zidovudin 300 mg setiap 12 jam
Stavudin 40 mg setiap 12 jam
Didanosin 250 mg sehari 1x bila BB<60 kg
Emtrisitabin
Tenofovir 300 mg  sehari 1x

2. Protease Inhibitors
Menghilangkan protein protease yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri , contoh obatnya :
Darunavir 300 mg setiap 12 jam
Fosamprenavir 700 mg setiap 12jam
Indinavir 100-800 mg setiap 12 jam
Lovinavir 100-400 mg setiap 12 jam
Nelfinavir 100-250 mgg setiap 12 jam
Ritonavir 100-800 mg setiap 12 jam
Saquinavir 100-1000 mg setiap 12 jam

3. Entry Inhibitors
Menghambat protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, contoh obatnya:
Enfuvirtid/T-20
Meraviroc

4. Integrase Inhibitors
Menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk memasukkan meteri genetik ke dalam sel-sel CD4, contoh obatnya:
Dolutegravir
Elvitegravir
Raltegravir

5. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
Menghambat protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, contoh obatnya :
Delavirdin 200 mg sehari 1x
Efavirenz 600 mg sehari 1x
Entravirin 100 mg sehati 1x
Nevirapin 200 mg sehari 1x
Rilpivirin 25 mg setiap 12 jam

HIV mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita . Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama Terapi Antiretroviral/ART. Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV.
Kombinasi beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil, begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi secara terus menerus seumur hidup pasien. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.

PENATALAKSANAAN NON MEDIS HIV (Human Imunodeficiency Virus)

  • Terapi Bawang Putih
  • Meditasi/yoga
  • Perawatan Herbal
  • Kosumsi suplemen

CARA PENULARAN VIRUS HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. Transmisi kontak sosial
Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina, cairan serviks. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek serta sering terjadi lesi di anus.

2.Transmisi melalui darah
Transmisi dapat melalui hubungan seksual dan dari suntikan darah yang terinfeksi atau produk darah (Asjo,2002). Diperkirakan bahwa 90 – 100% orang yang mendapat transfusi darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika Serikat melaporkan risiko infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per 835.000 (Nasronudin,2007). Pemeriksaan antibodi HIV pada donor darah sangat mengurangi transmisi melalui transfusi darah dan produk darah (Lange,2001).

3. Transmisi secara vertikal
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI 10-20% (Nasronudin,2007). Dimana alternatif yang tersedia, ibu yangb positif HIV-1 tidak boleh menyusui  bayinya karena ia dapat menambah penularan perinatal (Parks,1996). Selama beberapa tahun terakhir , ditemukan bahwa penularan HIV perinatal dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA-virus di dalam plasma. Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran preterm, terutama yang berkaitan dengan ketuban pecah dini (Cunningham, 2004).

CARA PENCEGAHAN HIV (Human Imunodeficiency Virus)

1. Meningkatkan sistem pertahanan tubuh, makan cukup gizi, cukup olahraga, cukup istirahat.
Tindakan lain yg perlu disarankan yaitu:
  • Berusaha untuk selalu mengurangi stres
  • Mengurani pemakaian obat inhalan,seperti amyl,narkotika,serta alkohol
  • Memperhatikan higienis tubuh serta alat kelamin
  • Menghindari diri dari pemakaian jarum suntik bersama-sama
  • Hindari transfusi darah yang tidak jelas sumber asalnya
  • Gunakan alat-alat medis dan nonmedis yang terjamin sterilencegah eksposur (pembukaan yang berhubungan dengan ) AIDS dan penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual, dengan cara:

2  Menghindari kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan.
Cara yang paling menjamin adalah jalani hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

3. Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi 
Dapat dicegah melalui :
  • Saat hamil : Penggunan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus  yang ada di dlm darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV
  • Saat melahirkan : Persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti megurangi risiko penularan sebanyak  80%
  • Setelah lahir : Beri informasi yang lengkap kepada ibu tentang risikodan manfaat pemberian ASI


Berikut ini cara mencegah penularan infeksi selama perawatan pasien :
1. Mencuci tangan
Cuci tangan dengan sabun, sebelum dan setelah menyentuh pasien
2. Menggunakan sarung tangan
 Kenakan sarung tangan sebelum menyentuh membran mukosa pasien yang terluka
3. Menggunakan masker
 Kenakan masker ketika terdapat kemungkinan terkenanya membran mukosa nasal atau oral dengan substansi tubuh yang basah
4. Jarum suntik dan benda tajam
  Buang jarum dan benda tajam bekas pakai kedalam wadah yang kaku dan tahan tembus. Jangan memasang kembali tutup  jarum bekas dengan tangan. Basuh dengan segera tangan serta permukaan kulit lainnya yang terkontaminasi darah. Sedapat mungkin meminimalkan kebutuhan untuk melakukan resusitasi mulut-ke-mulut. Bersihkan setip ceceran darah atau cairan tubuh lainnya dengan disinfektan. Orang yang mebersihkan harus menggunakan sarung tangan.





DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Buku Kedoteran EGC : Jakarta





1 komentar: