Hai teman - teman sejawat, kali ini saya akan memberitahu informasi
mengenai HIV/AIDS. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering kali ditemukan pada masyarakat umum terutama pada remaja indonesia yang kebanyakkan melakukan hubungan seksual yang tidak wajar. Perlu kita ketahui berbagai penyebab dan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit HIV/AIDS . Berikut ini berbagai informasi mengenai HIV/AIDS yang dapat kalian simak :)
HIV ( human
immunodeficiency virus ) adalah penyakit lain (infeksi oportunistik)
dan dapat berlangsung lama / bertahun-tahun tanpa memberi gejala.
Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang umumnya tidak berbahaya pada orang dengan
tubuh normal, namun dapat berakibat fatal pada ODHA ( orang dengan hiv aids)
karena sisitem kekebalan tubuhnya lemah.
What is AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)?
AIDS ( acquired
immunodeficiency syndrome ) adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang
dapat diakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus
HIV .
Jadi, HIV AIDS adalah
kumpulan dari gejala penyakit infeksi oportunistik yang berlangsung lama yang
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.
(sylvia dan wilson, 2005)
ETIOLOGI HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HIV menginfeksi sistem kekebalan tubuh. Virus
memasuki sistem kekebalan pada sel CD4. Virus ini memanfaatkan sel CD4 untuk
menggandakan dirinya ribuan kali. Virus yang menggandakan diri ini akan
meninggalkan sel CD4 dan membunuhnya pada waktu yang sama. Makin banyak sel CD4
yang mati, sistem kekebalan tubuh akan makin rendah. Hingga akhirnya, sistem
kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh akan tetap
merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung selama 10
tahun atau bahkan lebih.
FAKTOR RESIKO HIV (Human Imunodeficiency Virus)
1. TRANSMISI TRANSPRASENTAL
(Dari Ibu ke Anak)
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif
ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil,
melahirkan, dan menyusui. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap
terapi antiretrobvirus dan melahirkan dengan cara bedah Caesar, maka memiliki tingkat
penularannya hanya 1%.
2. TRANSMISI PARENTAL
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat
tindik, tatto) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik
yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat
juga melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan.
3. TRANSFUSI DARAH
Transmisi melalui produk darah dapat terjadi.
Bila seseorang mendapat transfuse darah yang terkontaminasi HIV, maka dapat
dipastikan orang tersebut akan menderita HIV sesudah transfuse itu. Oleh karena
itu dilakukan pemeriksaan sebelum ditransfusikan
4. PERILAKU SEKSUAL
Penularan melalui hubungan seksual baik
homoseksual maupun heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling
sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan cairan vagina dan semen.
Infeksi dapat ditularkan melalui membrane mukosa vagina ataupun anus yang
lecet.
KLASIFIKASI HIV (Human Imunodeficiency Virus)
Stadium I : infeksi virus HIV asimtomatik dan
tidak dikategorikan sebagai AIDS.
Stadium II : termasuk menifestasi membran
mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang.
Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak
dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan
tuberkulosis.
Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak,
kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua
penyakit ini adalah indikator AIDS.
TANDA DAN GEJALA HIV (Human munodeficiency Virus)
Tahap I
Orang
yang terinfeksi virus HIV akan menderita sakit mirip flu. Setelah ini, HIV
tidak menimbulkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini
akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum pada
tahap ini adalah :
- Tenggorokan sakit
- Demam
- Muncul ruam di tubuh, biasanya tidak gatal
- Pembengkakan noda limfa
- Penurunan berat badan
- Diare, kelelahan serta nyeri persendian
Tahap II
Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV
tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun. Ini adalah tahapan
ketika infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada terus
menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Pada tahap ini, penderita akan
merasa sehat dan tidak ada masalah. Namun, sudah bisa menularkan infeksi pada
orang lain. Lama tahap ini sekitar 10 tahun bahkan bisa lebih.
Tahan III / tahap terakhir infeksi HIV
Jika
tidak ditangan, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan
mudah terderang penyakit serius. Tahap akhir ini disebut AIDS.
Gejala yang
mucul pada HIV tahap terakhir :
- Noda limfe atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal paha
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
- Merasa kelelahan hampi setiap saat
- Berkeringat pada malam hari
- Berat badan turun tanpa diketahui penyebabnya
- Bintik-bintik ungu yang tidak hilang pada kulit
- Sesak napas
- Diare yang parah dan berkelanjutan
- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan atau vagina
- Mudah memar atau berdarah tanpa sebab
KOMPLIKASI HIV (Human Imunodeficiency Virus)
1. Toksoplasmosis adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel satu yang disebut toxoplasma
gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut
( toxoplasma ensefalitis ), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan
penyakit pada mata dan paru-paru.
2. Meningitis kriptokokal adalah
infeksi meninges oleh jamur cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan
demam, mual, sakit kepala, muntah dan lelah. Pasien juga mungkin mengalami
sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
3. Pneumonia pneumocystis adalah
penyakit yang disebabkan oleh jamur pneumocystis jirovecii.
4. Leukoensefalopati
adalah penyakit yang mengahancurkan selubung syaraf (mielin) yang
menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls
syaraf. Ini disebabkan oleh virus JC, yang menyebabkan penyakit ketika sistem
kekebalan tubuh sangat lemah. Penyakit ini berkembang cepat dan menyebar,
sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah didiagnosa.
5. TBC (tuberculosis) muncul
sebagai penyakit paru-paru, pada stadium lanjut infeksi HIV sering muncul
sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya( tuberculosis
ekstrapulmoner). Sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih, saluran
pencernaan, hati, kelenjar getah bening dan sistem saraf pusat.
6. Esofagitis adalah
peradangan pada kerongkongan, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur ( jamur
kandidiasis ) atau virus ( herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).
7. Diare kronik adalah
penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti;
salmonella, shigella dan escherichia coli) serta infeksi oportunistik yang
tidak umum dan virus (seperti; kriptosporidiosis, mycobacterium avium complex
dan virus sitomegalo (CMV).
PENATALAKSANAAN MEDIS HIV (Human Imunodeficiency Virus)
ARV (ANTI RETROVIRAL)
Obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak dapat membunuh virus tapi
memperlambat perkembangan virus HIV.
ARV terdiri dari:
1. Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitors
Menghambat perkembangan HIV
didalam sel tubuh, contoh obatnya :
Lamivudin 150 mg setiap 12 jam
Abacavir 300 mg setiap 12 jam
Zidovudin 300 mg setiap 12 jam
Stavudin 40 mg setiap 12 jam
Didanosin 250 mg sehari 1x bila
BB<60 kg
Emtrisitabin
Tenofovir 300 mg sehari 1x
2. Protease Inhibitors
Menghilangkan protein protease
yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri , contoh obatnya :
Darunavir 300 mg setiap 12 jam
Fosamprenavir 700 mg setiap
12jam
Indinavir 100-800 mg setiap 12
jam
Lovinavir 100-400 mg setiap 12
jam
Nelfinavir 100-250 mgg setiap 12
jam
Ritonavir 100-800 mg setiap 12
jam
Saquinavir 100-1000 mg setiap 12
jam
3. Entry Inhibitors
Menghambat protein yang
dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, contoh obatnya:
Enfuvirtid/T-20
Meraviroc
4. Integrase Inhibitors
Menghilangkan integrase, protein
yang digunakan HIV untuk memasukkan meteri genetik ke dalam sel-sel CD4, contoh
obatnya:
Dolutegravir
Elvitegravir
Raltegravir
5. Non Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitors
Menghambat protein yang
dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, contoh obatnya :
Delavirdin 200 mg sehari 1x
Efavirenz 600 mg sehari 1x
Entravirin 100 mg sehati 1x
Nevirapin 200 mg sehari 1x
Rilpivirin 25 mg setiap 12 jam
HIV mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu kombinasi golongan ARV akan
diberikan pada penderita . Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama
Terapi Antiretroviral/ART. Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV.
Kombinasi beberapa obat ARV sudah digabungkan
menjadi satu pil, begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus
dikonsumsi secara terus menerus seumur hidup pasien. Jika satu kombinasi ARV tidak
berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.
PENATALAKSANAAN NON MEDIS HIV (Human Imunodeficiency Virus)
- Terapi Bawang Putih
- Meditasi/yoga
- Perawatan Herbal
- Kosumsi suplemen
CARA PENULARAN VIRUS HIV (Human Imunodeficiency Virus)
1. Transmisi kontak sosial
Kontak seksual merupakan salah satu cara utama
transmisi HIV di berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan
semen, cairan vagina, cairan serviks. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan
seksual lewat anus lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang
tipis dan mudah robek serta sering terjadi lesi di anus.
2.Transmisi melalui darah
Transmisi dapat melalui hubungan seksual dan
dari suntikan darah yang terinfeksi atau produk darah (Asjo,2002). Diperkirakan
bahwa 90 – 100% orang yang mendapat transfusi darah yang tercemar HIV akan
mengalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika Serikat melaporkan risiko
infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV berkisar
antara 1 per 750.000 hingga 1 per 835.000 (Nasronudin,2007). Pemeriksaan
antibodi HIV pada donor darah sangat mengurangi transmisi melalui transfusi
darah dan produk darah (Lange,2001).
3. Transmisi secara vertikal
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari
ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah
melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka penularan selama
kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI
10-20% (Nasronudin,2007). Dimana alternatif yang tersedia, ibu yangb positif
HIV-1 tidak boleh menyusui bayinya
karena ia dapat menambah penularan perinatal (Parks,1996). Selama beberapa tahun
terakhir , ditemukan bahwa penularan HIV perinatal dapat dikaitkan lebih akurat
dengan pengukuran jumlah RNA-virus di dalam plasma. Penularan vertikal lebih
sering terjadi pada kelahiran preterm, terutama yang berkaitan dengan ketuban
pecah dini (Cunningham, 2004).
CARA PENCEGAHAN HIV (Human Imunodeficiency Virus)
1. Meningkatkan sistem pertahanan tubuh,
makan cukup gizi, cukup olahraga, cukup istirahat.
Tindakan lain yg perlu disarankan yaitu:
- Berusaha untuk selalu mengurangi stres
- Mengurani pemakaian obat inhalan,seperti amyl,narkotika,serta alkohol
- Memperhatikan higienis tubuh serta alat kelamin
- Menghindari diri dari pemakaian jarum suntik bersama-sama
- Hindari transfusi darah yang tidak jelas sumber asalnya
- Gunakan alat-alat medis dan nonmedis yang terjamin sterilencegah eksposur (pembukaan yang berhubungan dengan ) AIDS dan penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual, dengan cara:
2 Menghindari kontak seksual dengan berganti-ganti
pasangan.
Cara yang paling menjamin adalah jalani
hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
3. Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
Dapat dicegah
melalui :
- Saat hamil : Penggunan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dlm darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV
- Saat melahirkan : Persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti megurangi risiko penularan sebanyak 80%
- Setelah lahir : Beri informasi yang lengkap kepada ibu tentang risikodan manfaat pemberian ASI
Berikut ini cara mencegah
penularan infeksi selama perawatan pasien :
1. Mencuci tangan
Cuci
tangan dengan sabun, sebelum dan setelah menyentuh pasien
2. Menggunakan sarung tangan
Kenakan
sarung tangan sebelum menyentuh membran mukosa pasien yang terluka
3. Menggunakan masker
Kenakan
masker ketika terdapat kemungkinan terkenanya membran mukosa nasal atau oral
dengan substansi tubuh yang basah
4. Jarum suntik dan benda tajam
Buang
jarum dan benda tajam bekas pakai kedalam wadah yang kaku dan tahan tembus. Jangan
memasang kembali tutup jarum bekas
dengan tangan. Basuh dengan segera tangan serta permukaan
kulit lainnya yang terkontaminasi darah. Sedapat mungkin meminimalkan kebutuhan untuk
melakukan resusitasi mulut-ke-mulut. Bersihkan setip ceceran darah atau cairan tubuh
lainnya dengan disinfektan. Orang yang mebersihkan harus menggunakan sarung
tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta
Good job...
BalasHapus