KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah
SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Asuhan Keperawatan dengan Hipoglikemia. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan semangat dan dorongan
demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Asuhan Keperawatan dengan Hipoglikemia ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Teknologi Keparawatan yaitu Ns. Duma Lumban
Tobig, M.Kep, Sp.Kep. J atas bimbingan yang telah diberikan, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa teknik penyusunan
dan materi yang penulis sajikan masih kurang sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan penulis berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik
itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Jakarta, 27 Mei 2017
Rahmawati Kaulika F
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit tidak menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab
kematian di indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan
kematian tinggi di Indonesia adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus
utamanya diakibatkan karena pola hidup yang tidak sehat (Eko, 2012).
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada penderita
diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar glukosa darah yang
menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup,
sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan gejala klinik. Hipoglikemia berdampak
serius pada morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup.
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
petolongan segera. Karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen hingga koma sampai kematian.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil topik pembahasan mengenai teoritis dan asuhan
keperawatan pada penderita hipoglikemia. Ada baiknya kita selalu menjaga kesehatan kita dengan
mencegahnya. Bagaimana pun mencegah memang lebih baik dari mengobati.
1.2
Tujuan Umum
Penulis dapat mengetahuai
tentang gambaran teori mengenai hipoglikemia dan juga Asuhan Keperawatan pada
penderita hipoglikemia
1.3
Tujuan Khusus
Setelah melakukan
pembelajaran dan penelitian tentang Hipoglikemia, maka pembaca
(mahasiswa/mahasiswi) mampu:
1. Mengetahui
pengertian dari Hipoglikemia
2. Mengetahui
tanda gejala dari Hipoglikemia
3. Mengetahui
faktor risiko dari Hipoglikemia
4.
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Hipoglikemia
5. Merumuskan
diagnosa keperawatan pada klien Hipoglikemia
BAB II
Tinjauan
Teoritis
2.1 Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu
keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah normal (<70 mg/DL). (ADA.
2016)
Hipoglikemia merupakan
penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera, karena hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen,
hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian (Kedia,
2011)
Hipoglikemia
adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam darah <50/60 mg/dl
(Standards
of Medical Care in Diabetes, 2009; Cryer, 2005; Smeltzer& Bare,2003)
Menurut
McNaughton (2011), Hipoglikemia
merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar glukosa darah
dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
Jadi
kesimpulannya, Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma
lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.
Pasien diabetes yang tidak
terkontrol dapat mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula darah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang normal, sedangkan pada pasien diabetes dengan
pengendalian gula darah yang ketat (sering mengalami hipoglikemia) dapat
mentoleransi kadar gula darah yang rendah tanpa mengalami gejala hipoglikemia.
Menurut Cryer (2005) & Soemadji (2006), pendekatan diagnosis
kejadian hipoglikemia juga dilakukan dengan bantuan Whipple’s Triad yang meliputi:
·
Keluhan yang berhubungan dengan hipoglikemia
·
Kadar glukosa plasma yang rendah (<50mg/dl
·
Perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar gula darah (paska
koreksi)
2.2 Prevalensi Hipoglikemia
Hipoglikemia lebih sering
terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10-30% psien per tahun dengan
angka kematian 3-4% (Goldman and Shcafer 2012). Sedangkan DM tipe 2 angka
kejadiannya 1,2% pasien per tahun. (Berber et al 2013).
Rata-rata kejadian
hipoglikemia meningkat dari 3,2 per 100 orang pertahun menjadi 7,7 per 100
orang pertahun pada penggunaan insulin (Cutll et al 2001). Sebagai penyakit
akut pada DM tipe 2, Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
insulin Dan sulfonilurea (PERKENI 2011).
2.3 Etiologi Hipoglikemia
Dosis pemberian insulin
yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan
makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan
atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
Menurut Sabatine
(2006),Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non Diabetes
dengan etiologi sebagai berikut :
1. Pada Diabetes
·
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
(Overdose insulin)
·
Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa,
terlalu sedikit, output yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare,
serta diet yang berlebih).
·
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)
·
Aktivitas berlebih
·
Gagal ginjal
2. Pada Non Diabetes
2. Pada Non Diabetes
·
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan
glukosa di hati
·
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
·
Paska aktivitas
·
Konsumsi makanan yang sedikit kalori
·
Konsumsi alcohol
·
Paska melahirkan
·
Post gastrectomy
·
Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat,
sulfonamide)
2.4 Faktor
Resiko Hipoglikemia
Terdapat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan resiko hipoglikemia pada penderita diabetes (kedia 2011), yaitu
- Gangguan kesadaran hipoglikemi, merupakan faktor resiko utama, ketidaksadarantersebut berarti ada ketidakmampuan untuk mendeteksi terjadinya hipoglikemia dan akibatnya, indivdu cenderung kurang untuk memulai tindakan korektif cepat dan lebih cenderung menderita episode parah.
- Usia muda, karena kesadaran tentang tanda-tanda dan gejala yang lebih rendah
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat
pengobatan insulin atau sulfonylure (Mansjoer
A, 1999), yaitu :
a.
Pengurangan/keterlambatan makan
b.
Kesalalahan dosis obat
c.
Latihan jasmani yang berlebihan
d.
Penurunan kebutuhan insulin
e.
Penyembuhan dari penyakit
f.
Nefropati diabetic
g.
Hipotiroidisme
h.
Penyakit Addison
i.
Hipopituitarisme
j.
Hari-hari pertama persalinan
k.
Penyakit hati berat
2.5 Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia menurut Setyohadi
(2012) dan Thompson (2011)
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Ringan (glukosa darah 50-60 mg/Terjadi jika kadar glukosa darah menurun dan sistem saraf simpatik akan terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan gejala : tumor, kegelisahan, rasa lapar, dll.
2. Sedang (glukosa darah <50 mg/dL
Penurunan kadar glukosa dapat
menyebakan sel2 otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik.
Tanda-tanda gangguan fungsi sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan
berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penglihatan ganda, peasaan ingin pingsan.
3. Berat (glukosa darah < 35 mg/dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf
pusat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia. Gejalanya : serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan
kesadaran.
Hipoglikemia spontan pada orang dewasa dibedakan atas dua
tipe, yaitu :
1. Hipoglikemia
puasa
Hipoglikemia puasa biasanya timbul
menyertai penyakit endokrin tertentu, seperti hipopituitarisme, penyakit Addison, atau
mixedema; terkait dengan malfungsi hepar, seperti alkoholisme akut dan gagal
hati; pada orang dengan penyakit ginjal, terutama pada pasien yang memerlukan
dialisis. Pada keadaan ini hipoglikemia nyata tampilan sekunder. Jika
hipoglikemia puasa ini merupakan manifestasi primer, maka penyebabnya mungkin
a) hiperinsulinemia akibat tumor sel b pankreas atau karena pemberian insulin
atau pobat sulfonilurea dosis berlebihan; b) akibat sekresi insulin tumor
ekstra-pankreatik.
2.
Hipoglikemia pasca-sarapan (postprandial)
Hipoglikemia reaktif dapat dibagi
menjadi awal (2-3 jam sesudah makan) dan lambat (35 jam pasca-sarapan).
Hipoglikemia awal (alimentary) timbul jika ada pengeluaran KH yang cepat dari
lambung kedalam usus halus, diikuti dengan peninggian absorpsi glukosa dan hiperinsulinemia.
Hal ini terlihat pada pasien pasca-gastrektomi (sindroma dumping). Ada pula
yang bersifat fungsional sebagai tanda adanya overaktivitas saraf parasimpatik
yang dimediasi saraf vagus. Pada beberapa keadaan yang jarang dijumpai adanya
defek pada hormon kontra-regulasi, seperti pada defisiensi growth hormone,
glukagon, kortisol, atau respon autonomik.
2.6 Manifestasi Klinis
Hipoglikemia
Gejala dan tanda dari
hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf otonom dan
neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami
hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga
pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah
(hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat memperberat akibat dari
hipoglikemia karena penderita terlambat untuk mengkonsumsi glukosa untuk
meningkatkan kadar gula darahnya.
Gejala umum
penderita Hipoglikemia :
1. Keringat dingin
2. Letih
3. Sakit kepala
4. Lapar
5. Iritabilitas
6. Tidak enak badan
7. Denyut nadi cepat
8. Menggigil
9. Mual-muntah
10. Hipotensi
11. Pucat dan kulit dingin
12. Pandangan kabur
13. Keluar banyak keringat
14. Tremor
2.7 Patofisiologi Hipoglikemia
Dalam diabetes,
hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan
juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme
pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada
penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa
sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek
hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan
dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang
utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan
hanyamenyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai
glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak dapat
menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga akan
menyebabkan pusing,bingung, lemah (Kedia,
2011).
Konsentrasi
glukosa darah normal, sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa
darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis
seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa
darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom)
dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran
akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola
nafas tidak efektif (Carpenito, 2007)
Kosentrasi
glukosa darah, peningkatan kosentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon
neuroendokrin pada kosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal,
dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007). Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan
jugaberperan meningkatkan produksi dan mengurangi
penggunaan glukosa.Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis
dan kemudian glukoneogenesis,
sehingga terjadi penurunan energi
akan menyebabkan ketidakstabilan
kadar glukosa darah (Herdman, 2010),
Penurunan kadar
glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan perifer,
sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta
proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral
dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi,
2012).
Pelepasan
epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar glukosa
darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah keperawatan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito, 2007).
2.8 Pemeriksaan
Penunjang Hipoglikemia
1.
Gula
darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2.
Gula darah 2 jam post pradial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3.
Pemeriksaan HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4.
Pemeriksaan
elektrolit, Terjadi peningkatan creatinin jika
fungsi ginjalnya telah terganggu
1.
Pemeriksaan Leukosit, terjadi
peningkatan jika sampai terjadi infeksi
1.8
Penatalaksanaan
Hipoglikemia
Tujuan
dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu :
1.
Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak ter
jadi
kerusakan irreversibel.
2.
Tidak mengganggu regulasi DM.
Pedoman
tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI
(2006) pedoman sebagai berikut :
1.
Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120
mg/dl.
2.
Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan
kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen
Hipoglikemi menurut Soemadji (2006);
Rush & Louise (2004) ; Smeltzer & Bare (2003) sebagai berikut:
·
Tergantung
derajat hipoglikemi:
Ø Hipoglikemi ringan:
i.
Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10
butir permen atau 2-3 sendok teh sirup atau madu.
ii.
Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi
pemberiannya
iii.
Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
coklat, kue, donat, ice cream, cake
Ø Hipoglikemi berat:
i.
Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
ii.
Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan
makanan atau minuman
Pada
hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat) :
1.
Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang,
atau perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian dekstorsa
dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang
dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak – anak.
2.
Glukagon
Sebagai
hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa,
yang harus diberikan secara IV dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glukagon dapat diberikan oleh subcutan atau intramuskular.
2.10
Komplikasi
Hipoglikemia
Komplikasi dari
hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat
menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat
karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai
oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) . Menurut Kedia
(2011), hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
DAN ASKEP
3.1 Gambaran kasus
Seorang klien dirawat diruang
perawatan umum rumah sakit swasta, klien dirawat dengan keluhan tubuhnya lemas
nyaris pingsan. Akhir – akhir ini klien sering mengeluh haus, sering BAK ,
sering merasa lapar , berat badan turun 4 kg dalam satu bulan ini dan BB klien
sekarang 68 kg. Keluhan yang dirasakannya klien adalah mudah lelah, suka terasa
kesemutan pada jari-jari tangan atau kaki, serta merasa nyeri saat beraktivitas
dan terasa senat senut pada kepala bagian tengah dengan skala nyeri yang
diperoleh yaitu 6. Keluarga mengatakan bahwa Tn.T memiliki riwayat penyakit DM
4 tahun yang lalu. Akral klien dingin, klien tampak pucat, mukosa klien tampak
kering, dank klien tampak tremor. Hasil pemeriksaan Gula darah 41mg/dl.
Sebelumnya klien diberikan insulin dan metformin. Diagnosa medis klien :
Hipoglikemia, perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait melakukan
perawatan secara integrasi untuk menghindari /mengurangi resiko komplikasi lebih
lanjut.
3.2 Askep
Hipoglikemia
1. DATA FOKUS
Data
Subjektif
P: Saat beraktivitas
Q: Terasa senat senut
R: Nyeri di Kepala bagian tengah
(ubun-ubun)
S : Skala 6
T : <20 menit
|
Data
Objektif
TD : 140/80 mmHg
N
: 102x/menit
RR : 20x/menit
S
: 35°S
BB sebelum : 72 kg
|
2. ANALISA
DATA
NO.
|
DATA
FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1
|
DATA
SUBJEKTIF:
DATA
OBJEKTIF :
BB sebelum : 72 kg
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
|
2
|
DATA
SUBJEKTIF:
P: Saat beraktivitas
Q: Terasa senat senut
R: Nyeri di Kepala
S : Skala 6
T : <20 menit
DATA
OBJEKTIF :
|
Nyeri
akut
|
Agens cedera
biologis
|
3
|
DATA
SUBJEKTIF:
DATA
OBJEKTIF:
S :35°C
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
|
Diabetes
Militus
|
4
|
DATA
SUBJEKTIF :
DATA
OBJEKTIF :
|
Keletihan
|
Kelesuan
fisiologis : Hipoglikemia
|
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
1
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
|
2
|
Nyeri
akut b.d agens cedera biologis
|
3
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d Diabetes militus
|
4
|
Keletihan
b.d kelesuan fisiologis : hipoglikemia
|
4.
INTERVENSI
DIAGNOSA
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada klien dapat teratasi,
dengan kriteria hasil :
|
Mandiri
:
Kolaborasi
:
|
Nyeri
akut b.d agens cedera biologis
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan masalah nyeri akut
pada klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
|
Mandiri
:
1. Kaji skala nyeri klien
2. Berikan lingkungan yang tenang
3. Atur posisi
tidur klien : fowler
4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
5. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
meliputi : P,Q,R,S dan T
Kolaborasi
:
1. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian
obat analgesic
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d Diabetes militus
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapakan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer klien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil :
TD:120/80 mmHg
N:60-100 x/menit
S: 36,5-37,5°C
RR:16-24x/menit
|
Mandiri:
Pada klien
Kolaborasi:
|
Keletihan b.d kelesuan fisiologis (Hipoglikemia)
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan masalah keletihan
pada klien dapat teratasi, dengan kriteri hasil :
1.
Klien tidak merasa lemas
2.
Klien tidak merasa letih
3.
Klien merasa enak badan
|
Mandiri
:
Kolaborasi
:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian asupan
makanan yang berenergi ti
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar
glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl –50 mg/dl. Dosis pemberian insulin yang kurang
tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan,
konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau
penurunan berat badan merupakan penyebab terjadinya hipoglikemia (Kedia, 2011). Beberapa faktor
resiko penyebab hipoglikemia seperti Pengurangan/keterlambatan makan, Kesalalahan dosis obat, Latihan jasmani yang
berlebihan, Penurunan
kebutuhan insulin, dsb. Klasifikasi hipoglikemia dibagi dalam tingkatan
ringan, sedang, dan berat. Manisfestasi klinis yang sering kita jumpai pada
penderita hipoglikemia ini yaitu sering lemas, lesuh, letih, tidak fokus
terhadap sesuatu, dan mengalami penurunan berat badan. Pemeriksaan penunjang
yang utama yatiu pemeriksaan gula darah yang apabila didapatkan hasil kurang
dari normal yaitu <50 mg/dl. Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu
untuk memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan
irreversibel, serta tidak mengganggu regulasi DM dan mengarahkan agar kadar
glukosa plasma berada dalam batas normal orang puasa yaitu 120mg/dl. Komplikasi
yang dapat terjadi yakni kerusakan pada
otak, kematian , koma, dsb. Pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia yang tertera, sudah sesuai dengan tinjauan teori,
begitu juga dengan pelaksanaannya tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus.
4.2
SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari isi makalah ini yakni
diharapkan dapat meningkatkankinerja perawat dandapat memberikan
asuhankeperawatan kegawatdaruratan khususnya pada pasien hipoglikemia secara
cepat dan tepat. Dan diharapkan bagi mahasiswa untukdapat menggunakan
kesempatan ini sebaik mungkin untuk serius mencari pengetahuan dalam perawatan
penderita hipoglikemia
DAFTAR
PUSTAKA
Hadiatma,
Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS
WITH DIABETES MELLITUS
IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL. Naskah publikasi UMS.pdf
PERKENI 2011
Jurnal UNDIP
Jurnal UNAIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar